Pendidikan menjadi salah satu fondasi paling penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Dunia pendidikan di Indonesia kini sedang diterpa badai covid 19 yang tak kunjung usai. Setelah beberapa bulan lalu sempat dibuka kembali PTM Terbatas 100 persen, tapi kini sejumlah daerah justru memutuskan untuk memberhentikannya sementara waktu karena mulai bermunculan klaster baru di ruang lingkup sekolah. Melihat kondisi yang serba salah ini, Menteri Pendidikan Republik Indonesia tetap melanjutkan kebijakannya terkait PTM Terbatas 100 persen tersebut. Alasan utamanya adalah mempertimbangkan masa depan bangsa, bagaimana jika dunia pendidikan dibiarkan terbengkalai terlalu lama, berbagai dampak buruk terutama dari segi kualitas sumber daya manusia yang kian merosot.
Berbagai Permasalahan yang Timbul di Dunia Pendidikan Saat Pandemi
Pembelajaran jarak jauh yang sebelumnya sempat dilakukan dan menimbulkan banyak masalah di lapangan seperti :
1.Keterbatasan Sarana Belajar dan Beragamnya Dukungan Orang Tua
Dalam satu kelas yang diajar oleh guru yang sama, ternyata muncul berbagai ketimpangan belajar selama masa pandemi covid 19. Sistem pembelajaran jarak jauh berdampak langsung pada beragamnya praktik belajar di rumah yang dilakukan oleh setiap murid. Jika hal ini terus dibiarkan, maka arah pembelajaran semakin tidak jelas.
Murid yang didukung langsung oleh orang tuanya dengan fasilitas pembelajaran lengkap di rumah, tentu akan berbeda dengan murid yang tak mendapat dukungan penuh dari orang tua karena faktor ekonomi hingga rendahnya tingkat pendidikan orang tua. Yang paling merasakan dampak secara langsung pemberhentian kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah adalah mereka yang memiliki segala keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana.
2.Perbedaan Kualitas Akses Internet Menyebabkan Ketimpangan
Dalam praktik pembelajaran yang dilakukan dengan jarak jauh, menimbulkan keberagaman. Khususnya dari segi kemampuan dan cara mengajar setiap guru akan berbeda. Tidak semua guru mempunyai wawasan yang luas terkait dunia digital. Faktor lain paling berpengaruh yang menyebabkan ketimpangan antara lain seperti perbedaan kualitas akses internet di perkotaan, pedesaan dan daerah terpencil. Para guru yang bertugas di daerah perkotaan, tentu mempunyai banyak kesempatan dan lebih aktif dalam hal memberikan pengajaran kepada para muridnya karena koneksi internet yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan daerah pedesaan atau bahkan daerah terpencil.
3.Murid dengan Kemampuan yang Rendah Akan Semakin Tertinggal
Dengan pembelajaran tatap muka saja, masih ada beberapa murid yang tak bisa mengikutinya dengan baik, apalagi jika pembelajaran dilakukan secara daring. Murid dengan kemampuan rendah beresiko semakin tertinggal dengan murid – murid lain yang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Ini menjadi salah satu kendala yang harus segera dicarikan jalan keluar. Untuk bisa memastikan kualitas pendidikan secara daring, diperlukan upaya yang lebih sistematis. Fokus utamanya adalah para guru harus sudah siap untuk menghadirkan berbagai sistem pembelajaran yang mengutamakan keberagaman para murid dalam menerima materi.
Pembelajaran Tatap Muka di Bawah Bayang – Bayang Omicron
Dibukanya kembali dunia pendidikan formal, tentu membawa angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Uji coba pembelajaran tatap muka mulai dilakukan di sejumlah daerah. Meski dalam prakteknya di lapangan, banyak kendala yang dirasakan salah satunya adalah munculnya klaster baru penyebaran virus covid 19 di sekolah.
Meski sudah banyak kasus penyebaran virus covid 19 di sekolah, pemerintah tak menghentikan sistem Pembelajaran Tatap Muka Terbatas 100 persen yang sudah dilakukan hingga kini. Mengingat pendidikan sangat penting untuk masa depan bangsa.
Namun tak sedikit pihak pula yang mencoba untuk memberikan masukan kepada pemerintah untuk segera menghentikan kebijakan yang dianggap nekat karena sudah banyak kasus yang ditemukan. Beberapa pekan lalu, banyak sekolah di DKI Jakarta yang terpaksa harus dilakukan penutupan untuk sementara waktu karena baik murid maupun tenaga pengajar yang terpapar virus covid 19.
Dasar yang digunakan untuk terus melanjutkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas adalah Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tertanggal 21 Desember 2021 Nomor 05/KB/2021, Nomor 1347 Tahun 2021, Nomor HK.01.08/MENKES/6678/2021, Nomor 443-5847 Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.
Menurut pendapat Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek), kondisi saat ini memang sedang sangat darurat dan mendesak, sehingga pemulihan pembelajaran harus segera dilakukan.
Data Sebaran Kasus Aktif Sejak PTM Terbatas 100 Persen Dibuka Kembali
Tantangan terberat saat membuka kembali dunia pendidikan adalah adanya baying – banyak penyebaran omicron. Sejak PTM Terbatas 100 persen mulai diberlakukan, tantangan membeludaknya omicron tak bisa dielakkan lagi. Penambahan kasus aktif harian terjadi tak hanya di lingkungan sekolah saja, namun juga banyak terjadi di luar sekolah. Melihat update data kasus aktif per tanggal 3 Januari 2022 saat itu mencapai 4.530 kasus. Kemudian untuk penambahannya di tanggal tersebut berjumlah 265 kasus baru.
Perhimpunan Pendidikan Guru Minta Kebijakan PTM Terbatas 100 Persen untuk Dievaluasi
Berdasarkan data sebaran kasus yang mulai meningkat per tanggal 3 Januari 2022 tersebut, pihak perhimpunan pendidikan dan guru mengajukan berbagai permintaan kepada Kemendikbud Ristek untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terkait dengan kebijakan PTM Terbatas 100 persen yang sudah resmi diberlakukan di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengkhawatirkan akan muncul banyak klaster jika kebijakan tersebut terus dijalankan.
Selain itu, berbagai fakta di lapangan yang banyak ditemukan dan dilaporkan kepada Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menyebutkan masih terdapat banyak sekolah yang ternyata tak memperdulikan pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Berbagai daerah yang ditemukan beberapa pelanggaran terkait protokol kesehatan antara lain seperti Bima, Situbondo, Solok Selatan, Agam, Bengkulu, Bogor, Cilegon, Pandeglang dan Jakarta.
Demi kebaikan bersama, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) memberikan saran kepada Kemendikbud Ristek untuk tidak melanjutkan PTM Terbatas 100 persen, namun melakukannya dengan bertahap. Selain itu, alangkah baiknya jika hanya sekolah yang memiliki sarana dan prasana pendukung untuk menerapkan prokes selama pemberlakuan PTM Terbatas 100 persen saja yang diberikan izin.
Demi Keberlangsungan PTM Terbatas 100 Persen, Kyoto Metafirst Bisa Mewujudkannya
Nasib keberlangsungan PTM Terbatas 100 persen masih belum dipastikan bisa berlangsung sepenuhnya dalam jangka waktu lama. Hal ini tentu dikhawatirkan oleh banyak pihak. Untuk bisa memastikan keberlangsungan PTM Terbatas 100 persen, menggunakan Kyoto Metafirst di lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu alternatif terbaik dalam upaya penanganan penyebaran virus covid 19. Mulai dari ruang guru, ruang kelas dan ruang – ruang lainnya bisa menggunakan Kyoto Metafirst untuk memberikan perlindungan maksimal.
Aromanya yang menenangkan, bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan fitur ramah lingkungan yang ada pada Kyoto Metafirst, tentu membuat setiap ruangan menjadi lebih nyaman dan yang paling penting adalah terbebas dari belenggu virus covid 19 varian omicron. Pada akhirnya, PTM Terbatas 100 persen bisa dilakukan dalam waktu yang panjang. Dapatkan sekarang juga Kyoto Metafirst dengan mengklik Whatsapp ini. Anda akan langsung terhubung dengan customer service kami.